Rabu, 28 Februari 2018

Permasalahan sistem ekskresi

Permasalahan sistem ekskresi
1. apakah tubuh kita mengeluarkan zat sisa? coba identifikasilah zat sisa yang dikeluarkan oleh tubuhmu?
Jawab :
  1. Ginjal Ginjal merupakan komponen utama penyusun sistem urine. Ginjal bisa disebut dengan buah pinggang karena letaknya berada di sebelah kanan dan kiri tulang pinggang. Jadi, sampah yang dikeluarkan oleh ginjal adalah urine. Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
  2. Kulit: Kulit termasuk organ ekskresi karena terdapat kelenjar keringat yang mengekskresikan zat-zat sisa. Selain sebagai organ ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indera peraba dan perasa. Kulit manusia terbagi menjadi 3 lapisan, yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis), dan jaringan ikat bawah kulit. Pada permukaan kulit ari terdapat pori-pori yang merupakan muara kelenjar minyak. Melalui pori-pori ini keringat diekskresikan. Kulit ari biasanya ditumbuhi rambut, kecuali kulit ari yang ada di telapak tangan dan kaki.
  3. Paru-paruSelain berfungsi sebagai alat pernapasan pada manusia, paru-paru juga berfungsi sebagai alat ekskresi. karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) adalah zat yang dikeluarkan oleh paru-paru yang dihasilkan dari proses pernapasan. Jadi, tugas paru-paru adalah meneluarkan karbon dioksida dan uap air yang tidak digunakan lagi oleh tubuh. Jika tidak dikeluarkan, zat-zat tersebut akan menjadi racun.
  4. Hati: Hati mengeluarkan empedu yang berupa cairan kehijauan, rasanya pahit, pHnya netral, dan mengandung kolesterol, garam-garam mineral, garam empedu, dan zat warna empedu yang disebut bilirubin dan biliverdin. Garam-garam empedu berfungsi dalam proses pencernaan makanan. Zat warna empedu yang berwarna hijau kebiruan berasal dari perombakan hemoglobin sel darah merah di dalam hati. Zat warna empedu diubah oleh bakteri usus menjadi urobilin yang berwarna kuning coklat yang memberikan warna feses dan urin. Sisa-sisa pencernaan protein yang berupa urea dibentuk juga di dalam hati. Urea kemudian dibawa oleh darah dan selanjutnya masuk ke dalam ginjal. Akhirnya, dari ginjal dikeluarkan bersama-sama dengan urin.
2. Mengapa zat sisa yang ada di dalam tubuhmu harus dikeluarkan?
Jawab :
Zat sisa metabolisme harus segera dikeluarkan dari tubuh karena zat tersebut, selain tak lagi berguna, juga BERSIFAT RACUN terhadap tubuh.

Dalam beberapa saat, zat sisa metabolisme tersebut akan mengalami pembusukan dan menimbulkan gas. Gas inilah yang bersifat racun dan bisa memicu penyakit atau kelainan yang tak diinginkan. Zat sisa hasil metabolisme tersebut antara lain NH3, CO2, H2O, zat warna empedu, asam urat dan lain lain.

H2O di dalam tubuh dengan jumlah berlebihan bisa memicu kelainan pada sistem pencernaan. Sementara NH3 atau amonia yang merupakan hasil pembongkaran makanan bersifat racun terhadap sel sel dalam tubuh, demikian halnya dengan zat warna empedu. Sementara itu CO2 dalam jumlah berlebih juga akan memicu kelainan pada sistem pernapasan. 
3. Bagaimana dampaknya jika zat sisa dalam tubuhmu tidak dikeluarkan?
Jawab :
Akibatnya adalah tubuh akan menyerap kembali zat sisa tersebut. Maka tubuh akan menerima racun/ toksin yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh kita. Dampaknya akan menjadi menyerang sistem organ ekskresi manusia.

sumber :
buku ilmu pengetahuan alam kelas 8 semester 2

Rabu, 21 Februari 2018

KERAJINAN KAIN FLANEL



"MUSIM SEMI TELAH TIBA"

Bahan :
  - kain flanel
  - kain balotelli fablic
  - lem tembak
  - lilin
  - gabus
  - dakron
  - gunting
  - benang
  - jarum jahit
  - kawat
  
Cara membuat :
1. potong kain sesuai pola
    bunga : bentuk bundar
    es krim : segitiga dan toping
    donat : bulat dan toping
    kumbang : bentuk tubuh kumbang
2. jahit dan rekatkan dengan lem, untuk eskrim, donat dan kumbang beri sedikit celah
3. masukan dakron
4. kerajinan siap.

hasil kira kira :
 
 
 


modal : Rp. 77.000,00

Senin, 12 Februari 2018

Pneumonia

Pengertian Pneumonia

Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru. Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
alodokter-pneumonia
Penyakit ini juga sering disebut bronkopneumonia, pneumonia lobular, dan pneumonia bilateral. Secara umum, pneumonia dapat ditandai dengan gejala-gejala yang meliputi batukdemam, dan kesulitan bernapas.

Penderita Pneumonia di Indonesia

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu 15% dari seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun. Pada tahun 2015, terdapat lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal akibat pneumonia.
Di Indonesia sendiri, pneumonia diperkirakan telah merenggut sekitar 25.000 jiwa balita pada tahun 2013.

Siapa saja yang Berisiko Tinggi Mengidap Pneumonia?

Semua orang bisa terserang penyakit ini. Tetapi, pneumonia umumnya ditemukan dan berpotensi untuk bertambah parah pada:
  • Bayi serta anak-anak di bawah usia 2 tahun.
  • Lansia di atas 65 tahun
  • Perokok. Rokok tak hanya meningkatkan risiko pneumonia, tapi juga beragam penyakit lain.
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, misalnya pengidap HIV atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.
  • Pengidap penyakit kronis, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Pasien di rumah sakit, terutama yang menggunakan ventilator.

Gejala Pneumonia

Gejala pneumonia sangat bervariasi, berdasarkan tingkat keparahannya. Keragaman gejala tersebut juga bisa disebabkan oleh perbedaan pada jenis bakteri pemicu infeksi, usia, dan kondisi kesehatan pengidap. Meski demikian, gejala-gejala umum yang biasanya muncul meliputi:
  • Demam.
  • Berkeringat dan menggigil.
  • Batuk kering atau batuk dengan dahak kental berwarna kuning, hijau, atau disertai darah.
  • Napas terengah-engah dan pendek.
  • Rasa sakit pada dada ketika menarik napas atau batuk.
  • Mual atau muntah.
  • Diare.
  • Kelelahan.
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, periksakanlah diri Anda ke dokter. Segera cari bantuan medis apabila muncul gejala-gejala yang parah, seperti napas terengah-engah, sakit dada, atau linglung menyerang Anda.

Penyebab Pneumonia

Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang paling umum menyebabkan pneumonia. Namun, penyakit ini juga bisa dipicu oleh virus serta faktor lain, seperti:
  • Pneumonia Akibat Virus. Sebagian virus pemicu flu atau pilek juga bisa menyebabkan pneumonia. Pneumonia ini paling sering dialami oleh balita.
  • Pneumonia Akibat Jamur. Pneumonia ini paling sering dialami oleh orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun atau penyakit kronis.
  • Pneumonia AspirasiIni merupakan jenis pneumonia yang dipicu karena pengidap menghirup objek asing, misalnya makanan atau minuman, muntah, atau ludah.
Lokasi penularan juga bisa memengaruhi jenis kuman penyebab pneumonia. Misalnya, kuman penyebab pneumonia yang didapat dari lingkungan umum berbeda dengan pneumonia yang didapat dari rumah sakit.

Diagnosis Pneumonia

Diagnosis pneumonia atau paru-paru basah terkadang sulit dilakukan karena gejalanya mirip dengan penyakit lain. Dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
Dokter juga memeriksa rongga dada Anda dengan stetoskop. Paru-paru yang penuh cairan memiliki bunyi yang berbeda dengan yang sehat.
Jika mencurigai Anda menderita pneumonia, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan diagnosis. Proses pemeriksaan tersebut biasanya meliputi:
  • Rontgen dada untuk memastikan keberadaan pneumonia serta tingkat keparahannya.
  • Tes darah dan pemeriksaan sampel dahak. Kedua proses ini bisa membantu pengidentifikasian bakteri atau virus penyebab infeksi.
  • Pulse oximetry, yaitu proses pengukuran kadar oksigen dalam darah.

Pengobatan Pneumonia

Untuk pneumonia yang ringan, penanganan dengan antibiotik yang diresepkan oleh dokter, cukup istirahat, dan banyak minum umumnya sudah cukup. Pengidap juga tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Di samping itu, langkah-langkah sederhana berikut juga berpotensi membantu meredakan gejala yang Anda alami:
  • Mengonsumsi analgesik (obat pereda sakit) seperti parasetamol atau ibuprofen untuk meredakan dan menurunkan demam. Tetapi, hindari konsumsi ibuprofen jika Anda memiliki alergi terhadap aspirin, obat anti inflamasi nonstereoid lain, atau menderita asma, tukak lambung, dan gangguan hati atau pencernaan.
  • Berhenti merokok karena kebiasaan ini dapat memperburuk pneumonia.
  • Menghindari konsumsi obat batuk  karena batuk berfungsi membantu Anda mengeluarkan dahak dari paru-paru. Meredakan batuk bisa mengakibatkan durasi infeksi yang lebih lama. Obat batuk juga belum terbukti efektif secara medis. Air hangat bercampur madu dan lemon bisa membantu mengurangi batuk Anda.
Orang dengan kondisi fisik yang biasanya sehat akan pulih secara normal setelah 14-21 hari. Namun, apabila gejala pneumonia sama sekali tidak membaik dalam 48 jam, Anda disarankan kembali menghubungi dokter. Mungkin saja antibiotik yang Anda konsumsi tidak efektif untuk membasmi bakteri pemicu pneumonia, atau pnemonia Anda disebabkan oleh faktor lain, misalnya virus.
Pneumonia biasanya tidak menular, tetapi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah sebaiknya menjauh dari penderita pneumonia sampai kondisi si penderita benar-benar pulih.

Rawat Inap di Rumah Sakit

Penanganan medis dari rumah sakit untuk pneumonia yang parah meliputi pemberian antibiotik dan cairan tubuh lewat infus, serta oksigen untuk membantu pernapasan. Ventilator di Ruang Perawatan Intensif (ICU) juga mungkin dibutuhkan untuk membantu sistem pernapasan yang sedang melemah.

Komplikasi Pneumonia

Pneumonia bisa disembuhkan. Namun terdapat beberapa kelompok orang yang lebih berisiko mengalami komplikasi, seperti lansia dan balita. Sejumlah komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
  • Infeksi darahKondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah berpotensi menyebabkan terjadinya gagal organ.
  • Abses paru atau lubang bernanah yang tumbuh di jaringan paru-paru. Abses umumnya dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan prosedur operasi untuk membuang nanahnya.
  • Efusi pleura, yaitu kondisi di mana cairan memenuhi ruang di sekitar paru-paru

Pencegahan Pneumonia

Pencegahan pneumonia dapat kita lakukan dengan langkah-langkah sederhana. Beberapa di antaranya adalah:
  • Menjalani vaksinasi. Vaksin merupakan langkah penting agar kita terhindar dari pneumonia maupun penyakit lain. Harap diingat bahwa vaksin pencegah pneumonia bagi orang dewasa berbeda dengan anak-anak.
  • Menjaga agar sistem kekebalan tubuh tetap kuat. Misalnya dengan teratur berolahraga, cukup istirahat, serta menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.
  • Menjaga kebersihan agar terhindari dari penyebaran virus, seperti sering mencuci tangan.
  • Jangan merokok karena asap rokok dapat merusak paru-paru sehingga lebih mudah terinfeksi.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dan berkepanjangan. Kebiasaan ini juga akan menurunkan daya tahan paru-paru Anda sehingga Anda lebih rentan terkena pneumonia beserta komplikasinya.



Faringitis

Faringitis (Radang Tenggorokan) – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

atau radang tenggorokan adalah pembengkakan yang terjadi pada bagian belakang tenggorok (faring). Hal ini biasanya disebabkan karena virus atau bakteri. Faringitis juga bisa menyebabkan gatal dan luka di tenggorokan dan sakit ketika menelan.
Menurut American Osteopathic Association(AOA), faringitis yang disebabkan radang tenggorokan adalah salah satu alasan paling sering pasien berkunjung ke dokter. Kasus faringitis sering terjadi terutama ketika musim penghujan. Faringitis juga menjadi alasan paling sering mengapa orang izin sakit selama beberapa hari dari pekerjaannya atau dari kegiatan sekolah. Supaya faringitis dapat diobati dengan benar, penting untuk mengidentifikasi penyebabnya. Faringitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus.
Penyebab faringitis
Ada banyak virus dan bakteri yang dapat menyebabkan faringitis meliputi:
  • virus penyebab campak
  • adenovirus, yang merupakan penyebab flu biasa
  • virus penyebab cacar air
  • croup, yang merupakan penyakit anak-anak yang sulit dibedakan dengan batuk rejan
  • batuk rejan
Virus adalah penyebab paling umum dari sakit tenggorokan. Faringitis ini paling sering disebabkan oleh infeksi virus seperti pilek, influenza, atau mononucleosis. Infeksi virus tidak merespon terhadap antibiotik, dan pengobatan hanya diperlukan untuk membantu meringankan gejala karena pada dasarnya virus itu bersifat “self limited” yaitu akan sembuh dengan sendirinya jika kekebalan tubuh kita baik.
Faringitis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri meskipun tidak sesering virus. Infeksi bakteri memerlukan antibiotik. Infeksi bakteri yang paling sering adalah oleh Streptokokus Grup A. Penyebab yang jarang dari faringitis bakteri termasuk gonore, klamidia, dan Corynebacterium.
Paparan pilek dan flu dapat meningkatkan risiko untuk faringitis. Hal ini terutama berlaku bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan dalam perawatan kesehatan seperti dokter dan perawat, atau orang-orang yang memiliki riwayat alergi, dan sinusitis. Paparan asap rokok juga dapat meningkatkan risiko faringitis.
Apakah gejala faringitis?
Gejala-gejala yang menyertai faringitis bervariasi tergantung pada kondisi yang mendasarinya.
Selain sakit tenggorokan, kering, atau gatal, flu dingin atau dapat menyebabkan:
  • bersin
  • pilek
  • sakit kepala
  • batuk
  • merasa kelelahan
  • pegal-pegal
  • menggigil
  • demam (demam ringan sampai demam tinggi)
Selain sakit tenggorokan, gejala mononukleosis meliputi:
  • kelenjar getah bening membengkak
  • kelelahan
  • demam
  • otot sakit
  • lemas
  • kehilangan selera makan
  • Kemerahan di tenggorokan
  • kesulitan menelan
  • tenggorokan merah dengan bercak putih atau abu-abu
  • menggigil
  • kehilangan selera makan
  • mual
  • rasa yang tidak biasa di mulut
Bagaimana faringitis didiagnosis?
Jika Anda mengalami gejala faringitis, dokter akan memeriksa tenggorokan. Dokter juga akan memeriksa apakah ada bercak putih atau abu-abu, pembengkakan, dan kemerahan di faring. Dokter dapat juga melihat telinga dan hidung. Untuk memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, dokter akan menekan dan menginspeksi sisi leher Anda.
Kultur Tenggorokan
Jika dokter mencurigai radang tenggorokan, kemungkinan besar dokter akan mengambil kultur dari swab (apusan) sel tenggorokan dengan menggunakan kapas untuk mengambil sampel dari sekresi dan sel tenggorokan. Kebanyakan dokter dapat melakukan tes ini dengan cepat. Dokter akan memberitahu dalam beberapa menit jika tes positif untuk streptokokus. Dalam beberapa kasus, swab tersebut dikirim ke laboratorium untuk pengujian lebih lanjut dan hasilnya dapat dilihat setidaknya 24 jam kemudian.
Tes Darah
Jika dokter mencurigai penyebab lain dari faringitis Anda, dokter dapat menyarankan pemeriksaan darah. Tes ini dapat menentukan apakah Anda memiliki penyebab mononucleosis. Pemeriksaan darah lengkap dapat dilakukan untuk menentukan apakah Anda memiliki jenis infeksi lainnya.
Perawatan di rumah
Jika virus yang menyebabkan faringitis, perawatan di rumah dapat membantu meringankan gejala. perawatan di rumah termasuk:
  • minum banyak air untuk mencegah dehidrasi
  • makan kaldu hangat
  • berkumur dengan air garam hangat (1 sendok teh garam dilarutkan dalam 1 gelas air)
  • menggunakan penyaring kelembaban udara
  • beristirahat sampai Anda merasa lebih baik
Untuk rasa sakit dan demam, pertimbangkan untuk mengkonsumsi obat seperti parasetamol atau ibuprofen. Pelega tenggorokan juga dapat membantu melegakan sensasi nyeri dan gatal di tenggorokan.
Pengobatan alternatif kadang-kadang digunakan untuk mengobati radang tenggorokan. Namun, Anda harus menghubungi dokter sebelum menggunakan pengobatan alternatif dalam menghindari interaksi obat atau komplikasi kesehatan lainnya. Beberapa obat herbal yang paling sering digunakan meliputi:
  • madu
  • kencur
  • Jahe
Perawatan medis
Dalam beberapa kasus, perawatan medis diperlukan untuk faringitis. Hal ini terutama terjadi jika itu disebabkan oleh infeksi bakteri. Untuk kasus seperti ini, dokter akan meresepkan antibiotik. Golongan penisilin adalah pengobatan yang paling sering diresepkan untuk sakit tenggorokan. Sangat penting untuk menghabiskan semua antibiotik yang diresepkan untuk mencegah infeksi kambuh atau memburuk. Semua antibiotik biasanya akan habis dalam waktu 7-10 hari.
Pencegahan faringitis
Menjaga kebersihan dapat mencegah banyak kasus faringitis.
Untuk mencegah faringitis:
  • menghindari berbagi makanan, minuman, dan peralatan makan
  • menghindari individu yang sakit
  • mencuci tangan dengan sering, terutama sebelum makan dan setelah batuk atau bersin
  • menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol ketika sabun dan air tidak tersedia
  • menghindari merokok dan menghirup asap rokok
Sebagian besar kasus faringitis dapat diobati di rumah secara mandiri. Namun, ada beberapa gejala yang memerlukan kunjungan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Kunjungi dokter jika:
  • Anda memiliki sakit tenggorokan selama lebih dari seminggu
  • Anda mengalami demam lebih dari 38°C
  • kelenjar getah bening bengkak
  • Memiliki ruam baru di kulit


Read more:http://doktersehat.com/radang-tenggorokan-faringitis/#ixzz56wiPsZOo

sumber : http://doktersehat.com/radang-tenggorokan-faringitis/

Tonsilitis

Tonsilitis Akut atau “Penyakit Amandel”

Tonsilitis atau kalangan masyarakat awam menyebut dengan istilah penyakit Amandel.  Tonsillitis adalah infeksi (radang) tonsil (amandel) yang pada umumnya disebabkan oleh mikro-organisme (bakteri dan virus). Terbanyak dialami oleh anak usia 5-15 tahun. Tonsillitis, berdasarkan waktu berlangsungnya (lamanya) penyakit, terbagi menjadi 2, yakni Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.
Dikategorikan Tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu. Sedangkan Tonsilitis kronis jika infeksi terjadi 7 kali atau lebih dalam 1 tahun, atau 5 kali selama 2 tahun, atau 3 kali dalam 1 tahun secara berturutan selama 3 tahun. Adakalanya terdapat perbedaan penggolongan kategori Tonsilitis akut dan Tonsilitis kronis.
Penyebab
  • 70-% pada anak penyebabnya adalah infeksi virus, demikian pula  pada dewasa 90% penyebabnya juga virus.  
  • Pada anak 30% penyebabnya Streptokokus hemolitikus, sedangkan pada dewasa hanya sekitar 10%. . Jenis Streptokokus meliputi Streptokokus β hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes. Bakteri penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi Stafilokokus Sp., Pneumokokus, dan Hemofilus influenzae. Hemofilus influenzae menyebabkan tonsilitis akut supuratif.
Mitos salah penyebab tonsilitis :
Selama ini banyak masyarakat awam menganggap bahwa penyakit tonsilitis disebabkan karena hal lain yang sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Mitos tidak benar tentang penyebab tonsiltis yang sering diungkapkan masyarakat bahkan oleh sebagian klinisi atau dokter :
  • Minum Es
  • Makan Minyak atau goreng-gorengan
  • Makan pedas
  • Makan ciki
Kondisi di atas akan mungkin akan berpengaruh bila penderita sudah mengalami infeksi atau hanya memp[erberat bukan penyebab utama. Makanan penyebab alergi mungkin berpengaruh, tetapi bukan penyebab langsung. Bila pada penderita alergi makanan makan makanan tertentu penyebab alergi seperti coklat, ikan laut atau buah tertentu akan mengakibatkan manifestasi alergi meningkat (khususnya saluran cerna) . Keadaan ini akan membuat penderita daya tahan tubuhnya menurun sehingga akan mudah tertular virus atau bakteri yang mengakibatkan tonsilitis.
Seringkali terjadi pada penderita Alergi.
Pada penderita alergi seringkali mengalami infeksi berulang karena bila alergi tidak dikendalikan akanmengakibatkan daya tahan tubuh menurun dan mudah terserang infekasi saluran naas khususnya tonsilitis atau amandel. Bila infeksi batuk, pilek atau demam seringkali berulang setiap bulan atau bahkan sebulan dua kali, maka akibat yang paling sering terjadi adalah tonsil membesar atau yang seringkali disebut amandel hingga mengganggu pernapasan dan gangguan tidur.
Pada banyak kasus, saat alergi dikendalikan maka daya tahan tubuh membaik sehingga resiko untuk terjadi infeksi saluran anapas atas baik berupa batuk, pilek, demam (infeksi tenggorok, tonsilitis dan sebagainya) akan semakin berkurang. Sebaliknya bila alergi sulit dikendalikan maka infeksi berulang akan seriung terjadi mengakibatkan salah satunya tonsil membesar (amandel), resiko sinuitis meningkat dan resiko otitis media juga meningkat.
Mekanisme Biologis Terjadinya Tonsilitis Akut
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta.
Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.
Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri, dan scarlet fever.
GEJALA DAN TANDA
Keluhan yang dapat dialami penderita Tonsilllitis, antara lain:
  • Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
  • Nyeri saat menelan (menelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga menjadi malas makan.
  • Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
  • Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot.
  • Dapat disertai batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
  • Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian belakang antara tenggorokan dan rongga hidung).
  • Pada pemeriksaan, dijumpai pembesaran tonsil (amandel), berwarna merah, kadang dijumpai bercak putih (eksudat) pada permukaan tonsil, warna merah yang menandakan peradangan di sekitar tonsil dan tenggorokan.
Komplikasi Tonsilitis Akut
  • Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut.
  • Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).
Terapi Tonsilitis Akut
  • Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik.
  • Pasien dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak.
  • Berikan pengobatan simtomatik berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
  • Pemberian antibiotika tidak dianjurkan karena penyebab tonsilitis sebagian besar karena virus. Pemberian antibiotika hanya diberikan bila dicurigai penyebab infeksinya adalah bakteri (yang paling sering streptokokus). Pada kenyataannya sebagian besar penderita tonsilitis mendapatkan pemberian antibiotika yang tidak perlu.
Pencegahan
Tak ada cara khusus untuk mencegah infeksi tonsil (amandel). Secara umum disebutkan bahwa pencegahan ditujukan untuk mencegah tertularnya infeksi rongga mulut dan tenggorokan yang dapat memicu terjadinya infeksi tonsil. Namun setidaknya upaya yang dapat dilakukan adalah:
  • Mencuci tangan sesering mungkin untuk mencegah penyebaran mikro-organisme yang dapat menimbulkan tonsilitis.
  • Menghindari kontak dengan penderita infeksi tanggorokan, setidaknya hingga 24 jam setelah penderita infeksi tenggorokan (yang disebabkan kuman) mendapatkan antibiotika.
Tonsilektomi adalah operasi pengangkatan tonsil/mandel/amandel. Operasi ini merupakan operasi THT-KL yang paling sering dilakukan pada anak-anak. Para ahli belum sepenuhnya sependapat tentang indikasi tentang tonsilektomi, namun sebagian besar membagi alasan (indikasi) tonsilektomi menjadi:  Indikasi absolut dan Indikasi relatif.
Tonsilektomi merupakan pembedahan yang paling banyak dan biasa dilakukan di bagian THT (Telinga, Hidung dan Teng-
gorok), oleh karena itu sering dianggap sebagai pembedahan kecil saja. Tetapi bagaimanapun juga, tonsilektomi adalah suatu pembedahan yang merupakan tindakan manipulasi yang dapat menimbulkan trauma dengan risiko kerusakan jaringan. Komplikasi mulai dari yang ringan bahkan sampai mengancam kematian atau gejala subyektif pada pasien berupa rasa nyeri pasca bedah dapat saja terjadi.

Goa Pindul

Apa itu goa pindul, di mana letak lokasinya, berapa harga tiket masuknya atau pertanyaan lain yang biasa kami temui. Di bawah ini aka...