Pengertian Diare
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari, namun pada sebagian kasus memanjang hingga berminggu-minggu.
Penderita diare di Indonesia
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dalam masyarakat Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2007, diare menduduki peringkat ketigabelas sebagai penyebab kematian semua umur dengan proporsi sebesar 3,5 persen. Sedangkan berdasarkan kategori penyakit menular, diare menduduki urutan ketiga penyebab kematian setelah Pneumonia dan TBC. Dari data tersebut, golongan usia yang paling banyak mengalami diare adalah balita dengan prevalensi sebesar 16,7 persen.
Diare bisa berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan dari tubuh. Oleh sebab itu diare tidak boleh dianggap enteng walaupun kondisi ini umum terjadi.
Gejala diare
Gejala diare bermacam-macam, dimulai dari yang hanya merasakan sakit perut singkat dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan mengalami demam dan kram perut hebat.
Faktor penyebab diare secara umum
Penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak umumnya adalah infeksi usus. Infeksi usus bisa terjadi ketika kita mengonsumsi makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi. Mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi usus adalah bakteri, parasit, dan virus seperti norovirus dan rotavirus.
Diare juga bisa timbul akibat faktor-faktor berikut ini:
- Efek samping obat-obatan tertentu,
- Faktor psikologi, misalnya gelisah,
- Konsumsi minuman beralkohol dan kopi yang berlebihan.
Diagnosis diare
Dalam mendiagnosis diare, dokter biasanya akan menanyakan seputar gejala yang dialami dan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk mencari apakah terjadi dehidrasi. Pada sebagian kasus, dokter perlu melakukan pemeriksaan rektum, meneliti sampel tinja, atau bahkan pemeriksaan darah.
Seputar pengobatan diare
Jika parah, diare bisa berujung kepada dehidrasi. Dehidrasi memiliki konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderita, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Maka dari itu, orang tua disarankan untuk mewaspadai tanda-tanda dehidrasi pada anak. Penderita juga disarankan untuk meminum banyak cairan selama diare masih berlangsung.
Oralit bisa diminum untuk menghindari dehidrasi, tetapi konsultasikan pemakaiannya terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker, terutama jika Anda menderita penyakit tertentu, seperti penyakit jantung.
Obat antidiare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi mereka yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh. Salah satu obat antidiare yang efektif dan cepat dalam menghentikan diare adalah loperamide. Meski begitu, loperamide tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
Sebagian besar penderita diare sembuh setelah beberapa hari tanpa melakukan pengobatan. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan pada anak-anak, diare biasanya berlangsung lebih lama, yaitu antara 5-7 hari.
Jika anak Anda mengalami diare yang parah, berkelanjutan, atau jika dia mulai menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, segera periksakan anak Anda ke dokter. Diare sebanyak enam kali atau lebih dalam jangka waktu 24 jam pada anak juga sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Begitu juga dengan diare yang membuat kondisi tubuh Anda menurun drastis harus dikonsultasikan kepada dokter, terlebih jika ada darah atau nanah pada tinja Anda.
Pemeriksaan tinja di laboratorium mungkin diperlukan sebagai bagian dari penelitian lebih jauh. Diare yang berlangsung lebih dari beberapa minggu pada orang dewasa bisa diakibatkan oleh sindrom iritasi usus, kanker usus, atau penyakit Crohn.
Cara mencegah diare
Diare bukan saja berdampak kepada diri penderita, tapi juga berpotensi menyebar, terutama kepada anggota keluarga. Oleh sebab itu, diare sebaiknya dicegah mulai dari kontak pertama hingga penyebarannya.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:
- Mencuci tangan sebelum makan.
- Menjauhi makanan yang kebersihannya diragukan dan tidak minum air keran.
- Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
- Utamakan bahan makanan yang segar.
- Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
Jika Anda mengalami diare, Anda boleh mengambil langkah-langkah seperti berikut ini untuk mencegah diare menyebar kepada orang-orang di sekitar Anda.
- Jika tinggal satu rumah, pastikan penderita menghindari penggunaan handuk atau peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.
- Membersihkan toilet dengan disinfektan tiap setelah buang air besar.
- Tetap berada di rumah setidaknya 48 jam setelah periode diare yang terakhir.
- Mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan.
Gejala Diare
Gejala diare berbeda-beda, ada yang hanya mengalami sakit perut singkat dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada juga yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat encer. Biasanya diare jangka panjang membuat penderita kerap merasa ingin buang air besar.
Beberapa gejala diare lainnya adalah:
- Hilang nafsu makan
- Sakit kepala
- Mual
- Muntah
Diare biasanya pulih dalam waktu dua sampai empat hari. Namun Anda dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami diare lebih dari satu minggu atau diare tersebut sampai mengganggu tidur Anda. Selain itu, temui dokter jika Anda mengalami diare yang disertai dengan muntah-muntah, darah pada tinja atau pendarahan di dalam anus, menceret parah yang mengarah kepada dehidrasi, penurunan berat badan, atau jika Anda mengalami diare setelah mengonsumsi antibiotik dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Pada anak-anak, diare umumnya berlangsung sekitar lima hari sampai seminggu. Jika lebih lama dari waktu tersebut atau diare mereka disertai muntah, ada darah pada tinja, dan menceret parah, segera periksakan dirinya ke dokter. Pemeriksaan dokter juga perlu segera dilakukan apabila anak (terutama bayi) Anda buang air besar enam kali atau lebih sering dalam sehari.
Dehidrasi sebagai dampak dari diare
Diare yang parah atau yang berkelanjutan dapat menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi tidak boleh dianggap enteng karena dapat berakibat kepada kematian.
Pada anak-anak, gejala dehidrasi bisa meliputi rewel atau cepat mengantuk dan kondisi tubuh yang menurun. Selain itu, jarang buang air kecil, kaki dan tangan terasa dingin, serta kulit pucat dan berbintik bisa mengindikasikan dehidrasi juga. Orang tua disarankan untuk mewaspadai gejala-gejala dehidrasi pada anak mereka.
Sedangkan pada orang dewasa, gejala dehidrasi meliputi hilangnya nafsu makan, mual dan pusing, kelelahan atau kurang tenaga, serta pening ketika berdiri. Selain itu, jantung berdebar, kram otot, mata cekung, serta lidah kering bisa mengindikasikan terjadinya dehidrasi.
Penyebab Diare
Ketika seseorang mengalami diare, tinja menjadi encer karena banyaknya cairan yang disekresikan ke dalam usus. Atau sebaliknya, cairan di dalam usus tidak dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga bisa menjadikan diare berlangsung singkat atau lama.
Diare singkat (jangka pendek) dapat disebabkan oleh:
- Infeksi bakteri yang juga bisa menyebabkan keracunan makanan (campylobacter, clostridum difficile, escherichia coli, salmonella, dan shigella).
- Infeksi virus (rotavirus dan norovirus).
- Parasit giardia intestinalis.
- Radang usus buntu.
- Alergi makanan.
- Kerusakan lapisan usus akibat radioterapi.
- Masalah psikologi (misalnya gangguan kecemasan).
- Makanan yang mengandung pemanis buatan.
- Intoleransi fruktosa (pemanis alami pada madu dan buah-buahan) dan intoleransi laktosa (pada susu dan produk sejenisnya).
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Efek samping obat (statin, obat-obatan kemoterapi, obat pencahar, antibiotik, antasida dengan kandungan magnesium, obat selective serotonin reuptake inhibitor/SSRI, dan obat antiinflamasi nonsteroid / NSAID).
Sedangkan diare yang berlangsung lama (jangka panjang) biasanya disebabkan oleh:
- Penyakit Crohn, yaitu radang pada lapisan sistem pencernaan.
- Kolitis ulseratif, yaitu suatu kondisi yang berdampak kepada usus besar.
- Sindrom iritasi usus atau terganggunya fungsi normal usus.
- Penyakit coeliac atau penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluren.
- Kolitis mikroskopik atau sejenis penyakit radang usus yang menyebabkan diare encer.
- Fibrosis kistik atau penyakit turunan yang berdampak kepada paru-paru dan sistem pencernaan.
- Kanker usus.
- Radang pankreas kronis.
- Efek samping pengangkatan bagian perut (gastrektomi).
Diagnosis Diare
Untuk mengetahui apakah seorang pasien terkena diare dan faktor apa saja yang menyebabkannya, pertama-tama dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan pada pasien, misalnya seberapa sering pasien mengalami diare, seperti apa tekstur kotoran yang dikeluarkan, apakah diare disertai gejala demam, apakah pasien suka makan di sembarang tempat, dan apakah pasien pernah melakukan kontak dengan penderita diare.
Selain itu, dokter juga mungkin akan menanyakan apakah pasien sedang mengonsumsi suatu obat (bisa jadi diarenya akibat efek samping obat), berapa banyak kopi atau minuman beralkohol yang dia konsumsi, atau apakah baru-baru ini pasien sering gelisah dan mengalami stres.
Pemeriksaan lebih lanjut
Pemeriksaan lebih lanjut bisa saja dilakukan apabila jawaban yang diberikan pasien belum cukup membantu dokter dalam menarik kesimpulan. Beberapa jenis metode pemeriksaan untuk kasus diare di antaranya adalah tes darah, analisis sampel tinja, dan pemeriksaan rektum.
Pemeriksaan darah biasanya disarankan oleh dokter jika diare diduga terjadi akibat penyakit tertentu, seperti penyakit inflamasi usus.
Sedangkan langkah analisis sampel tinja dilakukan jika dokter mencurigai diare disebabkan oleh bakteri atau parasit, atau jika pasien:
- Memiliki gejala lain, seperti adanya darah atau nanah pada tinja.
- Mengalami diare berkepanjangan selama lebih lebih dari seminggu.
- Memiliki gejala yang berdampak kepada seluruh tubuh Anda, seperti demam dan dehidrasi.
- Baru saja dirawat di rumah sakit atau mengonsumsi antibiotik.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya karena Anda mengidap HIV.
Jika Anda berusia di atas 50 tahun atau jika penyebab diare tidak diketahui, dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan colok dubur. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan meneliti apakah diare disebabkan oleh adanya masalah atau kelainan di dalam lubang dubur atau saluran usus besar. Pemeriksaan colok dubur dilakukan dokter dengan cara memasukkan jari yang telah dilindungi sarung tangan ke dalam lubang dubur.
Jika penyebab diare masih juga belum bisa diketahui, pemeriksaan seperti kolonoskopi atau sigmoidoskopi mungkin akan dilakukan. Pemeriksaan ini biasanya jarang ada di klinik-klinik praktik dokter dan harus dilakukan di rumah sakit. Dalam pemeriksaan kolonoskopi, dokter akan memasukkan sebuah pipa fleksibel khusus yang disebut kolonoskop guna memeriksa kondisi seluruh usus Anda. Sedangkan dalam sigmoidoskopi, pemeriksaan usus dilakukan dengan memasukkan alat yang disebut sigmoidoskop dari dubur. Alat ini hampir serupa dengan kolonoskop, namun ukurannya lebih kecil dan dilengkapi dengan kamera serta lampu pada ujungnya.
Pengobatan Diare
Pada anak-anak, gejala diare biasanya akan hilang dalam waktu 5-7 hari atau di bawah dua minggu. Sedangkan pada orang dewasa, diare biasanya sembuh dalam 2-4 hari. Sistem kekebalan tubuh manusialah yang akan melawan infeksi penyebab diare secara alami. Walau demikian, diare bisa berlangsung lebih lama tergantung penyebabnya, misalnya:
- Diare yang disebabkan oleh bakteri campylobacter dan salmonella biasa berlangsung selama 2-7 hari.
- Diare yang disebabkan norovirus biasa berlangsung sekitar dua hari.
- Diare yang disebabkan rotavirus biasa berlangsung 3-8 hari.
- Diare yang disebabkan giardasis biasa berlangsung beberapa minggu.
Meski diare bisa sembuh dengan sendirinya, Anda dapat meringankan gejalanya dengan mengikuti beberapa saran. Saran ini juga berlaku bagi penderita diare yang sedang hamil atau menyusui.
Meningkatkan konsumsi cairan
Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit/ion adalah salah satu kunci penting dalam penanganan diare. Hal ini diperlukan untuk menghindari maupun menangani dehidrasi. Anda atau anak Anda disarankan untuk minum beberapa teguk cairan sesering mungkin meski mengalami gejala muntah. Sedikit cairan lebih baik daripada tidak sama sekali. Hindarilah jus buah dan minuman bersoda karena dapat memperparah kondisi diare, terutama pada anak.
Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti jarang buang air kecil, kulit pucat atau berbintik, kondisi tubuh yang menurun drastis, kaki dan tangan yang terasa dingin, serta rewel dan lekas mengantuk, Anda disarankan untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter.
Faktor-faktor di bawah ini membuat seorang anak lebih berisiko mengalami dehidrasi:
- Mengalami lebih dari enam kali diare dalam satu hari.
- Muntah lebih dari dua kali dalam sehari.
- Berhenti menyusu secara tiba-tiba.
- Berumur kurang dari satu tahun, terutama jika berumur di bawah enam bulan.
- Berumur kurang dari dua tahun dengan berat badan di bawah rata-rata saat lahir.
Tetap berikan bayi Anda susu atau makan secara normal meski mereka mengalami diare. Ketika menyusui, Anda sendiri harus terus meningkatkan asupan cairan sendiri agar persediaan ASI selalu terjaga.
Makanan saat mengalami diare
Jika mengalami diare, pastikan Anda makan makanan padat setelah mampu untuk makan. Hal tersebut juga disarankan oleh para pakar kesehatan. Sebaiknya porsi makan Anda jangan terlalu besar dan hindari makanan yang terlalu berat, pedas, atau berlemak.
Jangan berikan makanan padat pada anak Anda jika mereka mengalami dehidrasi. Berikan mereka cukup cairan dan pastikan tanda-tanda dehidrasi berhenti. Setelah itu baru Anda bisa memberi mereka makan seperti biasanya. Jika anak Anda menolak untuk makan, berikan terus cairan sampai selera makan mereka kembali.
Mengatasi diare dengan cairan oralit
Bagi mereka yang rentan dehidrasi, biasanya dokter akan menyarankan penggunaan oralit. Penderita diare yang disarankan minum oralit adalah mereka yang memiliki masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, berfisik lemah, dan yang berusia di atas enam puluh tahun.
Oralit terdiri dari campuran air dengan gula dan garam. Cairan ini berfungsi untuk menggantikan karbohidrat, elektrolit/ion, dan mineral penting lainnya yang hilang dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi. Oralit bisa dibeli di apotek-apotek tanpa menggunakan resep.
Jika anak Anda mengalami diare dan memiliki risiko dehidrasi, biasanya dokter akan menyarankan pemberian oralit. Anda bisa melihat petunjuk atau takaran pemberian oralit yang tertera pada kemasannya. Takaran yang diberikan biasanya tergantung kepada ukuran dan berat badan anak, namun rekomendasi umum untuk pemberian oralit pada anak adalah satu sachet untuk tiap kali setelah ke toilet. Oralit sendiri tidak bisa menyembuhkan diare atau menanggulangi penyebabnya, tetapi hanya berguna untuk mencegah dan memulihkan dehidrasi.
Jika Anda atau anak Anda mengalami dehidrasi serius akibat diare, maka perawatan di rumah sakit dengan memberikan cairan melalui selang infus akan dibutuhkan.
Mengatasi diare dengan obat-obatan
Ada beberapa jenis obat antidiare, dan umumnya obat antidiare mampu mengurangi gejala, serta mempersingkat lamanya diare sebanyak satu hari. Obat antidiare yang paling sering digunakan adalah loperamide. Obat ini terbukti efektif dan memilki efek samping yang sedikit. Loperamide mampu menjadikan kotoran Anda lebih padat dan mengurangi frekuensi buang air besar Anda.
Sejumlah obat antidiare bisa dibeli di apotek tanpa menggunakan resep dari dokter. Anda disarankan untuk membaca petunjuk pada kemasan agar tahu takaran dosis yang tepat dan tahu apakah obat tersebut cocok untuk Anda. Obat antidiare sebetulnya tidak diperlukan, kecuali Anda terdesak oleh aktivitas penting.
Jangan minum obat antidiare jika sedang mengalami demam tinggi atau terdapat darah dan nanah pada tinja Anda. Segera periksakan diri ke dokter.
Penggunaan antibiotik untuk diare
Antibiotik biasanya dianjurkan jika penyebab diare telah dipastikan sebagai bakteri atau jika gejala diare yang terjadi sangat parah. Penderita diare disarankan untuk tidak mengonsumsi antibiotik jika penyebabnya belum diketahui. Selain karena antibiotik bisa menimbulkan efek samping buruk, antibiotik juga tidak berpengaruh jika diare disebabkan oleh virus. Jika terlalu sering digunakan untuk penyakit yang ringan, efek positif antibiotik akan berkurang ketika nantinya digunakan untuk mengobati kondisi yang lebih serius. Antibiotik juga disarankan bagi mereka yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah dan rentan terhadap infeksi.
Obat-obatan pereda rasa sakit
Meski obat pereda rasa sakit tidak akan mengobati diare, namun Anda boleh minum paracetamol atau ibuprofen jika diare Anda disertai sakit kepala dan demam. Penggunaan ibuprofen dilarang bagi penderita asma dan bagi mereka yang memiliki penyakit hati atau ginjal. Anak-anak boleh mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen jika diperlukan. Untuk mengetahui apakah obat tersebut cocok untuk anak Anda, periksa petunjuk pemakaian obat pada kemasan. Aspirin tidak cocok untuk diberikan pada anak-anak di bawah 16 tahun.
Pengobatan kondisi dasar
Yang dimaksud pengobatan kondisi dasar di sini adalah penanganan yang diberikan apabila diare yang Anda alami disebabkan oleh suatu penyakit yang telah ada sebelumnya berdasarkan hasil diagnosis dokter. Misalnya apabila diare Anda disebabkan oleh radang usus, maka penyakit tersebut harus diobati sampai tuntas sebelum dapat menyembuhkan diare. Karena apabila kondisi dasar tidak tertangani dengan baik, maka kemungkinan diare sebagai gejala akan terus berlanjut.
Pencegahan Diare
Pada dasarnya, pencegahan diare tergantung kepada kedisiplinan seseorang dalam menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perhatian khusus diperlukan dalam mengelola makanan dan minuman dari cara memasak sampai pada proses penyimpanan. Dengan demikian, seseorang dapat terhindar dari berkembangnya mikoorganisme, seperti bakteri yang dapat menyebabkan diare. Kesimpulannya, makin tinggi standar kebersihan Anda, maka makin kecil risiko Anda terkena diare.
Berikut adalah langkah-langkah pencegahan terkena diare akibat kontaminasi:
- Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat seperti sebelum makan, setelah memegang daging mentah, setelah menggunakan toilet, dan setelah bermain dengan binatang piaraan.
- Jagalah kebersihan kuku Anda terutama jika memiliki kuku yang panjang.
- Menjauhi makanan dan minuman yang kebersihannya diragukan.
- Tidak minum air keran.
- Menjaga kebersihan dapur dan kamar mandi.
- Memisahkan makanan yang mentah dari yang matang.
- Makan makanan yang dimasak dari bahan-bahan yang segar.
- Menyimpan makanan di kulkas dan tidak membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
- Buang makanan dan minuman yang sudah kedaluarsa.
Untuk mencegah penyebaran diare kepada orang-orang di sekitarnya, Anda bisa melakukan hal-hal berikut:
- Bersihkan selalu toilet dengan obat pembasmi kuman setelah digunakan.
- Selalu cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
- Jangan beraktivitas dahulu sampai setidaknya dua hari setelah diare yang terakhir.
- Jika tinggal satu rumah, pastikan Anda menghindari penggunaan handuk atau peralatan makan yang sama dengan anggota keluarga lain di rumah.
- Hindari penggunaan kolam renang selama dua minggu setelah diare yang terakhir, jika penyebab diare berasal dari parasit cryptosporidium.
- Masih banyak yang belum menyadari bagaimana diare bisa berakibat fatal, terutama bagi anak-anak di Indonesia. Kebersihan diri dan makanan perlu diperhatikan demi mencegah terkena diare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar